Manusia membutuhkan suply
oksigen secara terus-menerus untuk proses respirasi sel, dan membuang kelebihan
karbondioksida sebagai limbah beracun produk dari proses tersebut.
Pertukatan gas antara oksigen dengan karbondioksida dilakukan agar proses
respirasi sel terus berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi
sel ini berasal dari atmosfer, yang menyediakan kandungan gas oksigen sebanyak
21% dari seluruh gas yang ada. Oksigen masuk kedalam tubuh melalui perantaraan
alat pernapasan yang berada di luar. Pada manusia, alveolus yang terdapat di
paru-paru berfungsi sebagai permukaan untuk tempat pertukaran gas.
Jalannya Udara Pernapasan
1. Udara masuk melalui lubang hidung
2. melewati nasofaring
3. melewati oralfarink
4. melewati glotis
5. masuk ke trakea
5. masuk ke percabangan trakea yang disebut bronchus
6. masuk ke percabangan bronchus yang disebut bronchiolus
7. udara berakhir pada ujung bronchus berupa gelembung yang disebut alveolus
(jamak: alveoli)
pertukaran udara yang sebenarnya hanya terjadi di alveoli. Dalam paru-paru
orang dewasa terdapat sekitar 300 juta alveoli, dengan luas permukaan sekitar
160 m2 atau sekitar 1 kali luas lapangan tenis, atau luas 100 kali dari kulit
kita.
Nasal (Hidung)
Hidung merupakan organ pernapasan
yang pertama dilalui udara luar. Didalam rongga hidung terdapat rambut dan
selaput lendir berguna untuk menyaring udara yang masuk, lendir berguna untuk
melembabkan udara, dan konka untuk mengangatkan udara pernapasan.
Faring
Faring merupakan percabangan dua
saluran, yaitu saluran tenggorokan (nasofaring) yang merupakan saluran
pernapasan, dan saluran kerongkongan (oralfaring) yang merupakan saluran
pencernaan.
Laring (pangkal tenggorokkan)
merupakan bagian pangkal dari
saluran pernapasan (trakea). Laring tersusu atas tulang rawan yang berupa
lempengan dan membentuk struktur jakun. Diatas laring terdapat katup
(epiglotis) yang akan menutup saat menelan. Katup berfungsi mencegah makanan
dan minuman masuk ke saluran pernapasan. Pada pangkal larink terdapat selaput
suara. Selaput suara akan bergetar jika terhembus udara dari paru-paru
Trakea (tenggorokan)
Batang tenggorokan terletak di
daerah leher didepan kerongkongan. Batang tenggorokkan berbentuk pipa dengan
panjang 10 cm. dinding trakea terdiri atas 3 lapisan, lapisan dalam berupa
epithel bersilia dan berlendir. Lapisan tengah tersusun atas cincin tulang
rawan dan berotot polos. lapisan luar tersusun atas jaringan ikat. Cincin
tulang rawan berfungsi untuk mempertahankan bentuk pipa dari batang
tenggorokkan, sedangkan selaput lendir yang sel-selnya berambut getar berfungsi
menolak debu dan benda asing yang masuk bersama udara pernapasan. Akibat
tolakan secara paksa tersebut kita akan batuk atau bersin.
Bronchus (cabang tenggorokkan)
Ujung tenggorokkan bercabang dua
disebut bronchus, yaitu bronchus kiri dan bronchus kanan. Struktur bronchus
kanan lebih pendek dibandingkan bronchus sebelah kiri. kedua bronchus
masing-masing masuk kedalam paru-paru. Didalam paru-paru bonchus bercabang
menjadi bronchiolus yang menuju setiap lobus (belahan) paru-paru. bronchus
sebelah kanan bercabang menjadi 3 bronchiolus, sedangkan sebelah kiri bercabang
menjadi 2 bronchiolus. Cabang bronchiolus yang paling kecil masuk ke dalam
gelembung paru-paru yang disebut alveolus. Dinding alveolus mengandung banyak
kapiler darah. melalui kapiler darah oksigen yang berada dalam alveolus
berdifusi masuk ke dalam darah.
Pulmo (alveolus)
Paru-paru terletak dalam rongga dada
diatas diafraghma. Diafraghma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga
dada dengan rongga perut.
Paru-paru terdiri dari dua bagian
yaitu paru-paru sebelah kiri dan paru-paru sebelah kanan. Paru-paru kanan
memiliki tiga gelambir sedangkan paru-paru kiri terdiri atas 2 gelambir.
Paru-paru dibungkus oleh 2 buah selaput yang
disebut selaput pleura. Selaput pleura sebelah luar yang berbatasan dengan
dinding bagian dalam rongga dada disebut pleura parietal, sedangkan yang
membungkus paru-paru disebut pleura visceral. Diantara kedua selaput terdapat
rongga pleura yang berisi cairan pleura yang berfungsi untuk mengatasi gesekan
pada saat paru-paru mengembang dan mengempis.
Getah bening atau limfa berasal dari plasma darah yang
keluar dari kapiler dan dialirkan oleh pembuluh limfa. Pembuluh limfa yang
berasal dari kepala, leher, dada, jantung, paru-paru dan lengan kanan akan
bersatu menjadi pembuluh limfa kanan (ductus
limfaticus dexter). Adapun pembuluh limfa yang berasal dari bagian lainnya
akan bersatu menjadi pembuluh limfa dada
(ductus thorasicus) dan bermuara di
vena bawah selangka.
Pembuluh limfa dada juga merupakan tempat bermuaranya
pembuluh lemak atau pembuluh kil. Lemak inilah yang menyebabkan cairan limfa
berwarna kuning keputih-putihan. Di sepanjang pembuluh limfa terdapat
kelenjar-kelenjar limfa atau nodus. Kelenjar ini berfungsi untuk menyaring
kuman. Beberapa kelenjar getah limfa yang besar adalah:
Kelenjar limfa lipat siku, lipat paha, ketiak, lutut, dan leher.
Kelenjar selaput lendir usus.
Pembuluh limfa yang berasal dari selaput lendir usus disebut pembuluh kil.
Kelenjar folikel bawah lidah.
Kelenjar pada tonsil amandel dan adenoid.
Gambar
22. Pembuluh dan Kelenjar Limfatik di Tubuh Manusia
Peredaran darah manusia
merupakan peredaran darah tertutup karena darah yang dialirkan dari dan ke
seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan darah mengalir melewati jantung
sebanyak dua kali sehingga disebut sebagai peredaran darah ganda.
Macam-macam sistem peredaran darah pada manusia beserta penjelasannya akan
dijelaskan sebagai berikut.
1.SISTEM
PEREDARAN DARAH BESAR (SISTEMIK/SIRKULATORIA MAGNA)
Sistem peredaran darah besar (sistemik/sirkulia magna) adalah
peredaran darah yang mengalirkan darah yang kaya oksigen dari bilik (ventrikel)
kiri jantung lalu diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen bertukar dengan
karbondioksida di jaringan tubuh. Lalu darah yang kaya karbondioksida dibawa
melalui vena menuju serambi kanan (atrium) jantung.
2.SISTEM
PEREDARAN DARAH KECIL/PULMONAL
Sistem Peredaran darah kecil (pulmonal) adalah peredaran darah yang
mengalirkan darah dari jantung ke paru-paru dan kembali ke jantung. Darah yang
kaya karbondioksida dari bilik kanan dialirkan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis,
di alveolus paru-paru darah tersebut bertukar dengan darah yang kaya
akan oksigen yang selanjutnya akan dialirkan ke serambi kiri jantung melalui
vena pulmonalis.
Gambar 20. Sistem Peredaran Darah pada Manusia
Gambar 21. Sistem Peredaran Darah Besar dan Kecil
3.SISTEM VENA PORTA
Sistem vena
porta yaitu vena dari suatu alat tubuh sebelum menujuke jantung mampir dulu ke suatu alat. Pada manusia dan mamaliaadalah sistem vena porta hepatica,
yaitu darah dari usus sebelumke
jantung mampir dulu ke hati.
Darah
adalah cairan
yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme,
dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah
medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato-
yang berasal dari bahasa Yunanihaima yang berarti darah.
Darah
manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah
tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin,
protein pernapasan (respiratory
protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
1.FUNGSI DARAH
Darah
dalam tubuh mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
üBekerja
sebagai sistem transport dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, oksigen
danzat makanan
yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat
dijalankan, dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan yang lain.
üSel
darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian dari
karbon
dioksida.
üSel
darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan karena berakan fagisitosis
dari bebrapa sel maka melndungi tubuh terhadap serangan bakteri.
üPlasma
membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan : menyegarkan cairan
jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuhmenerima makanannya. Merupakan
kendaraan untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ ekskretorik untuk dibuang.
üHormon
dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah.
2.KOMPONEN
PENYUSUN DARAH
Darah
adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu proses
fisiologis. Darah terdiri dari dua komponen yaitu keping-keping sel darah
(korpuskuli) dan plasma darah. Volume darah yang beredar adalah sekitar 8 %
dari bobot tubuh atau sekitar 5600 cc pada orang yang bobotnya 70 kg. Dari 5600
cc tersebut, sekitar 55 % adalah plasma darah dan sekitar 45 % adalah
korpuskuli darah.
Gambar 1. Sampel Darah Manusia
Darah tersusun atas beberapa komponen
yaitu sebagai berikut :
Plasma darah
Yaitu merupakan cairan darah yang
terdiri dari air, protein, mineral dan bahan organik. Prosentase plasma darah
dalam tubuh adalah 55 %.
Sel-sel darah (Korpuskuli darah)
Yaitu berupa butiran-butiran darah
yang prosentasenya 45 %. Sel-sel darah ada 3 macam yaitu sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit).
Gambar 2. Komponen Penyusun Darah
Adapun ciri-ciri dari beberapa
komponen penyusun darah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.Plasma Darah
Plasma
darah merupakan bagian cair darah. Cairan ini didapat dengan membuat darah
tidak beku dan sel darah tersentrifugasi. Plasma terdiri dari 90% air, 7-8%
protein, dan di dalam plasma terkandung pula beberapa komponen lain seperti
garam-garam, karbohidrat, lipid, dan asam amino. Karena dinding kapiler
permiabel bagi air dan elektrolit maka plasma darah selalu ada dalam pertukaran
zat dengan cairan interstisial. Dalam waktu 1 menit sekitar 70% cairan plasma
bertukaran dengan cairan interstisial. Serum darah adalah cairan bening yang
memisah setelah darah dibekukan. Plasma darah berbeda dengan serum darah
terutama pada serum tidak terdapat faktor pembentukan fibrinogen.
Plasma darah merupakan komponen terbesar dari darah, karena lebih dari separuh
darah mengandung plasma darah. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut air dan
sari-sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat
pembuangan. Fungsi lain dari plasma darah adalah menghasilkan zat kekebalan
tubuh terhadap penyakit atau antibodi. Apabila plasma dibiarkan terbuka dan
terkena udara, darah akan membeku. Jika darah dibiarkan membeku, dan bagian
padatannya dibuang maka bagian yang tertinggal desebut dengan serum. Berdasarkan komposisinya, serum
sama dengan plasma namun serum tidak mengandung seperti fibrinogen, protrombin,
globulin, dan proacelerin.
b.Eritrosit
(Sel Darah Merah)
1)Ciri-Ciri
Eritrosit
Eritrosit
(sel darah merah) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
üBerbentuk
seperti cakram bikonkaf.
üTidak
memiliki inti sel.
üBerwarna
merah karena mengandung hemoglobin
yang penyusun utamanya adalah zat besi.
üDibuat
di sumsum tulang belakang.
üAktif
selama 120 hari.
Gambar
3. Eritrosit (Sel Darah Merah)
2)Fungsi
Eritrosit
Beberapa
fungsi eritrosit antara lain sebagai berikut :
üMengangkut
oksigen ke jaringan-jaringan tubuh.
üMengangkut
sari-sari makanan dari alat pencernaan ke seluruh jaringan tubuh.
3)Pembentukan dan Perombakan Eritrosit
Proses pembentukan
eritrosit
dinamakan eritropoiesis. Pembentukan
ini diatur oleh suatu hormon glikoprotein yang disebut dengan eritropoetin.Secara terus-menerus, eritrosit
diproduksi di sumsum tulang merah,
dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik (pada embrio, hati berperan sebagai
pusat produksi eritrosit utama). Produksi eritrosit distimulasi oleh hormon eritropoietin
(EPO) yang disintesa oleh ginjal. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang berkembang
ini dinamai retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari seluruh darah
yang beredar. Eritrosit dikembangkan dari sel punca
melalui retikulosit untuk mendewasakan eritrosit dalam waktu sekitar 7 hari dan
eritrosit dewasa akan hidup selama 100-120 hari.
Eritrosit dihasilkan pertama
kali di dalam kantong kuning telah saat embrio pada minggu-minggu pertama.
Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan
kelenjar sumsum tulang. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang
membranosa. Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum tulang
semakin turun. Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang
myeloid yang terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis
leukosit, eritrosit, megakariosit (pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel
darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan
dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama dalam limfa dan hati.
Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai
protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin
dikeluarkan untuk dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hemedari hemoglobin diubah menjadi
bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna
kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak
pada luka memar.
Gambar
4. Proses Pembentukan Eritrosit
Seiring dengan berjalannya waktu,
eritrosit yang sudah tua, akan dihancurkan oleh sistem retikuloendothelial
(hati, limpa, sumsum tulang). Protein yang dihasilkan akan dipecah menjadi asam
amino yang dapat dipergunakan lagi. Sedangkan bagian heme dari Hb dipecah
menjadi Fe dan biliverdin, yang nantinya diekskresikan melalui saluran
empedu sebagai bilirubin. Proses lengkapnya bisa dilihat pada gambar di bawah :
Gambar
5. Proses Perombakan Eritrosit
c.Leukosit
(Sel Darah Putih)
1)Ciri-ciri
Leukosit
Beberapa
ciri leukosit (sel darah putih) antara lain sebagai berikut :
üTidak berwarna, memiliki inti (nukleus)
üDapat bergerak secara amoeboid dan dapat menembus dinding
kapiler (gerak diapedesis)
üJumlah normal : 4x109
hingga 11x109 sel darah putih/ liter darah
üKekurangan leukosit : leukopenia, kelebihan :
leukositosis. Jumlah leukosit yang jauh melebihi normal sehingga memakan sel
darah lain dinamakan leukimia.
üDi dalam tubuh, bekerja secara independen tidak
berasosiasi dengan organ atau jaringan tertentu.
üDiproduksi di dalam sel punca hematopoeietic pluripotent pada sumsum tulang.
2)Jenis-jenis
Leukosit dan Fungsinya
Berdasarkan
ada atau tidaknya granula di dalam plasmanya, leukosit dibagi menjadi 2
kelompok yaitu :
a)Leukosit Bergranula (Granulosit)
Terdiri dari tiga sel darah yaitu :
Neutrofil
Ciri-ciri
: Plasma selnya bersifat netral, inti sel berjumlah banyak, bergerak amoeboid.
Fungsi
: Dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil
lainnya.
Gambar 6.
Neutrofil
Eosinofil
Ciri-ciri : Plasmanya bersifat
asam. Itulah sebabnya eosinofil akan merah tua bila ditetesi eosin. Eosinofil
juga bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi.
Fungsi : Eosinofil terutama
berhubungan dengan infeksi parasit (parasit besar seperti cacing dengan menghancurkan dinding tubuhnya),
dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit.
Gambar 7.
Eosinofil
Basofil
Ciri-ciri
: Plasmanya bersifat basa. Itulah sebabnya plasma akan berwarna biru jika
ditetesi larutan basa. Basofil juga bersifat fagosit. Selain itu, basofil
mengandung zat kimia anti penggumpalan, yaitu heparin.
Fungsi
: Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan
jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
Gambar 8.
Basofil
b)Leukosit Tak Bergranula (Agranulosit)
Terdiri dari dua macam sel darah yaitu
:
Limfosit
Limfosit tidak dapat bergerak dan
berinti satu. Ukurannya ada yang besar dan ada yang kecil. Limfosit ada 2 yaitu
sel B dan sel T. Limfosit awalnya dibentuk di sumsum tulang dan hati (pada fetus), jika limfosit berpindah dan
matang di timus maka disebut sel T sedangkan yang tetap di sumsum tulang
disebut sel B. Limfosit berfungsi untuk membentuk antibodi.
Gambar 9. Limfosit
Monosit
Monosit mempunyai inti yang
bulat/bulat panjang. Monosit diproduksi pada jaringan limfa dan bersifat
fagosit. Berfungsi memberikan informasi pada limfosit T ketikan terjadi infeksi
sehingga antibody bisa terbentuk.
Gambar 10. Monosit
d.Trombosit (Keping
Darah)
Ciri-ciri : tidak memiliki inti
sel, bentuk tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3 µm, dibntuk
di megakariosit sumsum tulang. Trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur,
tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil dari eritrosit
dan leukosit,
dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar.Jumlah trombosit sekitar 300.000 untuk setiap µl darah. Waktu paruhnya sekitar 7
hari. Trombosit memiliki mikrotubu-lus cincin di bagian pinggirnya dan
mengandung protein aktin dan miosin.
Fungsi : Trombosit berperan pada
proses pembekuan darah
Gambar 11. Trombosit
3.PEMBEKUAN DARAH
Hemostasis atau pembekuan darah merupakan
peristiwa dimana terjadi penghentian perdarahan akibat putusnya atau
robeknya pembuluh darah. Bila terjadi luka, trombosit akan pecah mengeluarkan trombokinaseatau
tromboplastin. Trombokinase akan mengubah protrombin menjaditrombin. Trombin
mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang berbentukbenang-benang yang menjerat
sel darah merah dan membentuk gumpalansehingga darah membeku.Protrombin adalah senyawa globulin yang larut dan dihasilkan di hatidengan bantuan
vitamin K (perubahan protrombin yang belum aktifmenjadi trombin yang aktif
dipercepat oleh ion kalsium (Ca). Fibrinogenadalah protein yang larut
dalam plasma darah. Proses pembekuan darah secara rinci dapat dijelaskan dengan
bagan di bawah ini.
Gambar 12. Proses Pembekuan
Darah
4.PRINSIP
PENGGOLONGAN DARAH
Golongan
darah adalah ciri
khusus darah dari
suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat
dan protein
pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang
paling penting adalah penggolongan ABO
dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia
ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain
antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi
darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi
transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal
ginjal, syok, dan kematian.Golongan darah manusia
ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya.
a.Penggolongan
Darah dengan Sistem ABO
Dr.
Landsteiner dan Donath menemukan antigen (aglutinogen) dalam sel darah merah
dan juga menemukan antibodi (aglutinin) yang terdapat di dalam plasma darah.
Berdasar macam antigen yang ditemukan tersebut, beliau membagi golongan darah
menjadi 4 golongan, yaitu seperti pada Tabel di bawah ini.
Tabel1.
Penggolongan Darah Sistem ABO
No
Golongan
Darah
Aglutinogen
Aglutinin
1
A
A
α
2
B
B
β
3
AB
A dan B
Tidak Ada
4
O
Tidak Ada
α dan β
b.Penggolongan
Darah dengan Sistem Rhesus
Jenis penggolongan darah lain,
selain dengan sistem ABO adalah Sistem Rhesus. sistem ini cukup
dikenal yaitu dengan pemanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh.
Nama ini diperoleh dari monyet jenis Macacca rhesus (di India) yang
diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.
Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya
memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel
darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini
seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang
paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan,
dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan.
Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi
antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini
terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena
faktor Rh dapat mempengaruhi janin pada saat kehamilan.Sistem rhesus
mengenal dua jenis golongan darah yaitu:Rhesus
Positif dan Rhesus
Negatif (diturunkan secara genetis, Rh+ dominan terhadap Rh-)
5.PRINSIP TRANSFUSI
DARAH
Prinsip tranfusi darah dapat
secara ringkas dijelaskan dalam bagan di bawah ini.
Gambar 13. Prinsip Transfusi
Darah
Dalam transfusi darah, perlu
diperhatikan jenis aglutinogen dari darah donor dalam eritrositnya, sedangkan
pada resipien perlu diperhatikan macam aglutinin di dalam plasma darahnya.
Hukum Landsteiner menyatakan bahwa bila aglutinogen bertemu dengan zat antinya
(aglutinin), maka akan terjadi aglutinasi atau penggumpalan darah. Perhatikan
kemungkinan terjadinya transfusi darah masing-masing golongan darah dan
berbagai macam golongan darah di bawah ini.
Gambar 14. Kemungkinan
Terjadinya Transfusi Darah
Keterangan:
a.Golongan darah A hanya bisa mendonorkan darah kepada
golongan darah A dan AB dan menerima darah dari golongan darah A dan O.
b.Golongan darah B hanya bisa mendonorkan darah kepada
golongan darah B dan AB dan menerima darah dari golongan darah B dan O.
c.Golongan darah AB hanya bisa mendonorkan darah kepada
golongan darah AB saja dan menerima darah dari semua golongan darah (A, B,AB
dan O) maka dari itu golongan darah AB disebut sebagai resipien universal.
d.Golongan darah O bisa mendonorkan darah kepada semua
golongan darah (A, B, AB,dan O) dan menerima darah dari golongan darah O saja,
maka dari itu golongan darah O disebut sebagai donor universal.